Teori-Teori Leadership
A.
Pengertian Leadership
Leadership dalam arti
bahasa Indonesia adalah pemimpin. Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang
sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan
di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartono,
1994).
Pemimpin
adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin.
Menurut
Thomas Gordon kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi
antara seseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan
anggota-anggota kelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan
dengan cara-cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan
yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan
orang lain dipengaruhi.
Dan
dapat disimpulkan bahwa arti dari leadership atau pemimpin adalah proses
mempengaruhi atau memberi contoh yang dilakukan oleh pemimpin kepada
pengikutnya atau anggotanya yang bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Teori Kepemimpinan Partipatif
1. Mc
Douglas ( Teori x dan Y )
Teori
prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat
membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y
dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana
para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan
terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y. Teori XY dari
Douglas McGregor menyatakan di organisasi ada dua golongan individu: individu
yang berperilaku TEORI X dan yang berperilaku Y.
a. Teori
X
Teori ini menyatakan
bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta
senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan
balas jasa serta jaminan hidup yang
tinggi.
Dalam bekerja para
pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai
dengan yang diinginkan perusahaan. Individu yang berperilaku teori X punya
sifat tak suka dan berusaha menghindari kerja, tak punya ambisi, tak suka
tanggung jawab, tak suka memimpin, suka jadi pengikut, memikirkan diri tak
memikirkan tujuan organisasi, tak suka perubahan, sering kurang cerdas. Contoh
Individu dengan teori X pekerja bangunan.
b. Teori
Y
Teori ini memiliki
anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya.
Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka
memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan
perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta
memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga
tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Individu yang berperilaku teori Y
punya sifat : suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil tanggung
jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar. Contoh orang dengan teori Y
manajer yang berorientasi pada kinerja.
2. Teori
system 4 dari Rensis Linkert
a. Sistem
pertama
Sistem yang penuh
tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan
tidak memerlukan umpan balik. Atasan tidak memiliki kepercayaan terhadap
bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan
atasan. Akibat dari konsep ini adalah ketakutan, ancaman dan hukuman jika tidak
selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas kebawah.
b. Sistem
kedua
Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih
sensitif terhadap kebutuhan karyawan. Manajemen organisasi berkenan untuk
percaya pada bawahan dalam hubungan atasan dan bawahan, keputusan ada diatas
namun ada kesempatan bagi bawahan untuk turut memberikan masukan atas keputusan
itu.
c. Sistem Ketiga
Sistem konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari
karyawan. Disini karyawan bebas berhubungan dan berdiskusi dengan atasan dan
interaksi antara pimpinan dan karyawan nyata. Keputusan di tangan atasan, namun
karyawan memiliki andil dalam keputusan tersebut
d. Sistem
Keempat
Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam
membuat keputusan. Disini manajemen percaya sepenuhnya pada bawahan dan mereka
dapat membuat keputusan. Alur informasi keatas, kebawah, dan menyilang.
Komunikasi kebawah pada umumnya diterima, jika tidak dapat dipastikan dan
diperbolehkan ada diskusi antara karyawan dan manajer. Interaksi dalam sistem
terbangun, komunikasi keatas umumnya akurat dan manajer menanggapi umpan balik dengan
tulus. Motivasi kerja dikembangkan dengan partisipasi yang kuat dalam pengambilan
keputusan, penetapan goal setting (tujuan) dan penilaian
3. Theory
of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum & Scimidth
Teori ini merupakan
hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt. Tannenbaun dan
Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pimpinan
mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan
cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku
demokratis.
Perilaku otokratis,
pada umumnya dinilai bersifat negative, dimana sumber kuasa atau wewenang
berasal dari adanya pengaruh pimpinan.
Menurut teori kontinuun
ada tujuh tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan:
a. Pemimpin
membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
b. Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan
terhadap bawahan (selling).
c. Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
d. Pemimpin memberiakn keputusan tentative dan
keputusan masih dapat diubah.
e. Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang
pemecahannya kepada bawahan (consulting).
f. Pemimpin menentukan batasan-batasan dan minta
kelompok untuk membuat keputusan.
g. Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam
batas-batas yang ditentukan (joining).
Daftar Pustaka
Purwanto, M. Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Servant Leadeship atau Kepemimpinan Hamba oleh Meme Mery, SE, Trainer di PT PHILLIPS, Inc JKT.
Servant Leadeship atau Kepemimpinan Hamba oleh Meme Mery, SE, Trainer di PT PHILLIPS, Inc JKT.
0 komentar:
Post a Comment